PENGERTIAN STENOGRAFI
Sering kita mendengar orang menyebut tulisan steno berarti tulisan cepat. Hal ini timbul karena sebagian orang hanya melihat dari hasil yang dicapai seorang stenografer yang mempu menulis steno dengan cepat, seperti pada saat mencatat suatu percakapan dengan menggunakan tulisan steno. Stenografer mampu mencatat suatu percakapan dengan lengkap karena memakai stenografi, hal ini tidak akan dapat dilakukan apabila memakai tulisan latin biasa.Stenografi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari 2 (dua) kata yaitu“STENOS” yang berarti singkatan atau pendek“GRAPHEIN” yang berarti tulisan.Jadi stenografi ( stenography ) berarti tulisan singkat atau tulisan pendek. Tulisan steno dibuat dan disusun sedemikian rupa pendek dan singkat sehingga mengakibatkan cepat dalam menulisnya. Stenografi menggunakan tanda-tanda khususyang lebih singkat daripada tulisan panjangnya ( latin), dan kemudian disempurnakan dengan menambah beberapa singkatan ( sudah singkat disingkat lagi ), sehingga waktu yang digunakan untuk menulis stenogramnya lebih cepat dibanding waku untuk mengucapkan kata yang dimaksud. Misalnya orang yang menulis huruf latin t diperlukan 4 gerakan, sedangkan untuk menulis huruf t dengan menggunakan huruf steno hanya diperlukan satu gerakan saja. Karena hampir setiap lambang atau symbol huruf steno hanya memerlukan satu gerakan saja.Maka karena pendeknya gerakan atau sedikitnya gerak yang dibutuhkan dalam menulis steno, stenografi jauh lebih cepat dibandingkan dengan menulis huruf latin.
PERKEMBANGAN STENOGRAFI
Stenografi berkembang mulai beberapa abad sebelum Masehi. Hal ini dibuktikan dengan adanya penemuan dibeberapa tempat didunia. Perkembangan stenografi tersebut dapat terlihat di negara-negara tertentu, misalnya :
Stenografi yang dikarang oleh Timothy Bright pada tahun 1588 John Willis pada tahun 1602 dan J. Pitman yang semuanya dari Inggris ( London )
Stenografi yang dikarang oleh Gregg dan John Comstock Evans.
Di Jerman terdapat pengarang F.X Gabelsbelger pada tahun 1824.
Stenografi oleh Abel Duploge tahun 1862 dan Prevost Delanncy tahun 1878 dari Perancis.
Di Belanda terdapat pengarang A.W. Groote pada tahun 1899 dan disusul oleh Gerard Schaap.
Di Indonesia terdapat pengarang J. Paat / Sabirin dan Karundeng tahun 1925.
Berdasarkan Surat Keputusan No.51/1968 tanggal 1 Januari 1968 telah ditetapkan sistem Karundeng sebagai sistem stenografi standar mata pelajaran pada Lembaga-Lembaga Pendidikan dalam Lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Oleh karena itu stenografi sistem Karundeng merupakan sistem Nasional.
MANFAAT STENOGRAFI
Lantas, apa saja manfaat stenografi? Apakah ketrampilan tersebut masih relevan dan dibutuhkan di ‘jaman Blackberry’ seperti sekarang ini?
Manfaat stenografi banyak sekali. Salah satu profesi yang, menurut hemat saya, erat kaitannya dengan ketrampilan stenografi adalah wartawan. Ketrampilan ini bisa dipakai oleh wartawan saat mencatat berita atau mewawancarai narasumber. Dengan ketrampilan menulis cepat, ia bisa memperoleh bahan berita dengan lebih cepat. Memang sih, ada voice recorder, tape recorder, handphone, bahkan Blackberry yang bisa digunakan secara praktis dan mudah. Tapi menurut hemat saya, ketrampilan stenografi tetap unik, bermanfaat, dan menarik untuk dipelajari.
Bayangkan saja, seandainya suatu saat aneka macam gadget yang selama ini digendong menguntit kita ke mana-mana, tiba-tiba hilang, lupa dibawa, atau dilarang dibawa/digunakan karena alasan tertentu. Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Bagaimana mencatat berita? Menulis, tentu saja. Tapi menulis saja tidak cukup. Perlu menulis dengan cepat. Dan soal ini, tidak semua orang bisa, kecuali mereka yang benar-benar mahir stenografi.
Selain wartawan, stenografi juga bermanfaat untuk sekretaris, mahasiswa, dan profesi lain yang membutuhkan ketrampilan menulis dengan cepat. Sekretaris bisa mencatat agenda rapat dengan cepat. Mahasiswa bisa mencatat ceramah atau bahan kuliah yang disampaikan dosennya dengan mudah dan cepat, tanpa khawatir tertinggal satu kata pun.
Adapun manfaat dari belajar stenografi ini adalah sebagai berikut :
-Untuk membuat hasil persidangan atau risalah lengkap.
-Hasil sidang notulis sidang atau panitia sidang pengadilan.
-Untuk mencatat berita atau pesan melalui pesawat telepon atau berupa sandi-sandi, baik bagi operator sekretaris maupun bagi petugas airport.
-Untuk mencatat dikte.
-Mahasiswa/siswa yang pekerjaan setiap hari menulis.
-Bagi wartawan yang bidang pekerjaannya mencari berita, menulis berita dan mewawancarai orang.
-Untuk menterjemahkan rekaman hasil sidang atau rapat, karena dengan steno dapat diterjemahkan dengan cepat.
-Untuk mencatat dan membuat catatan yang bersifat rahasia.
Singkat kata, semua bisa dilakukan dengan cepat dan mudah. Uniknya, isi stenograf (tulisan stenografi) 99.9% akan sama persis dengan kalimat yang diucapkan oleh dosen/nara sumber. Uniknya lagi, hanya orang-orang yang mengerti stenografi yang bisa membaca dan memahami catatan dalam bentuk stenograf tersebut. Hmm, keren kan?
Kata steganografi di Indonesia tidak begitu populer dalam kehidupan sehari-hari. Kata ini menjadi sering disebut di masyarakat bersama-sama dengan kata kriptografi setelah pemboman gedung WTC di AS, dimana para pejabat AS mengkalim bahwa para teroris menyembunyikan pesan-pesan kegiatan terornya dalam berbagai gambar porno, file MP3 dan web site tertentu. Novel Da Vinci Code pun turut mempopulerkan steganografi dan kriptografi.
Apa itu steganografi ?
Dalam Wikipedia disebutkan bahwa steganografi berasal dari bahasa Yunani yaitu steganos yang artinya adalah penyamaran atau penyembuyian dan graphein yang artinya adalah tulisan. Jadi steganografi dapat diartikan sebagai seni menyamarkan/menyembunyikan pesan tertulis kedalam pesan lainnya.
Penyembunyian atau penyamaran pesan ini dibuat sedemikian rupa sehingga pihak lain tidak mengetahui bahwa ada ‘pesan lain’ didalam pesan yang dikirimkan. Hanya pihak penerima yang sah saja yang dapat mengetahui ‘pesan lain’ tersebut.
Berbeda dengan kriptografi, dimana karakter pesan diubah/diacak menjadi bentuk lain yang tidak bermakna, dalam steganografi pesannya itu sendiri tetap dipertahankan hanya dalam penyampaiannya dikaburkan/disembunyikan dengan berbagai cara.
Pesan yang disampaikan secara kriptografi menjadi mencurigakan karena ke-‘tidak bermakna’-annya tersebut. Sedangkan pesan dalam steganografi, terlihat seperti pesan biasa sehingga kecil kemungkinan untuk dicurigai.
Tehnik penyembunyian/pengaburan pesan ini ada bermacam-macam, dari cara yang kuno pada jaman dahulu hingga yang canggih di abad komputer ini. Misalnya menulis pesan diatas panel kayu yang kemudian disembunyikan dengan melapisi lilin sebagai penutupnya yang dikenal dengan istilah wax tablets. Menurut sejarah pernah dilakukan oleh Demeratus (orang Yunani) pada tahun 400 sebelum masehi.
Dalam Perang Dunia II tercatat tehnik penyembuyian teks pesan yang diperkecil menjadi sebuah titik (microdots) yang ditaruh dibawah perangko dan penyembunyian pesan dengan menggunakan tinta transparan (invisible ink).
Penyembuyian/penyamaran pesan dapat juga menggunakan gambar, lukisan, sebuah artikel, daftar belanjaan, majalah atau media elektronis/digital yang biasa disebut digital watermarking seperti file MP3, videoclip, gambar digital, file dokumen dan lain-lain yang difungsikan sebagai covertext atau penutup pesan.
Bahwa tidak ada pengamanan yang sempurna berlaku juga dalam steganografi, karena metode-metode pendeteksi pesan dalam steganografi pun banyak dikembangkan yang disebut steganalisis. Steganalisis merupakan tehnik menganalisa untuk mengungkapkan keberadaan steganografi.

Komentar